top of page

Terumbu Karang di Indonesia

A. Luas Terumbu Karang Indonesia
   Berdasarkan kebijakan satu peta (one map policy) yang diamanatkan dalam UU No.4 tahun 2011, dirilis bahwa total luas terumbu karang di Indonesia adalah 2,5 juta hektar. Informasi tersebut
dihasilkan dari citra satelit yang dikompilasi dari berbagai institusi terkait dan telah diverifikasi oleh tim yang tergabung dalam Kelompok Kerja (Pokja) Nasional Informasi Geospasial Tematik (IGT) Pesisir dibawah koordinasi BIG (Badan Informasi Geospasial). Sedangkan luas terumbu karang untuk masing-masing pulau besar yang ada di perairan Indonesia ditampilkan pada Tabel 1.

 

Tabel 1. Luas terumbu karang di masing-masing pulau

B. Sebaran dan Kekayaan Jenis Karang di Indonesia
   Indonesia berada di daerah tropis, tempat yang memungkinkan bagi berbagai jenis karang untuk dapat tumbuh dan berkembang. Sekitar dua pertiga jenis karang dapat dijumpai di Indonesia, sehingga wilayah Indonesia digambarkan berada dalam area segitiga karang (coral triangle) dunia Kekayaan jenis karang Indonesia berada dalam 14 ecoregion dari total 141 ecoregion sebaran karang dunia dengan kisaran 300-500 lebih jenis karang. Total kekayaan jenis karang keras (ordo Scleractinia) Indonesia diperkirakan mencapai 569 jenis atau sekitar 67% dari 845 total spesies karang di dunia. Kekayaan jenis karang paling tinggi berada dalam wilayah perairan kepala burung Papua dan sekitarnya meliputi perairan Raja Ampat dan Halmahera, kemudian semakin berkurang ke arah barat dan selatan perairan Indonesia. Kekayaan jenis karang keras tersebut tersebar dalam 569 jenis , 82 genera dan 15 famili. Sejarah geologi masa lalu, pola arus samudera terkait penyebaran larva karang, proses evolusi dan pola biogeografi merupakan faktor pendukung tingginya kekayaan jenis karang di perairan Indonesia. Sebaran karang di perairan Indonesia, baik berdasarkan genera (marga) maupun spesies (jenis) ditampilkan pada Lampiran 2, Lampiran 3.
   Meskipun Indonesia merupakan tempat yang ideal bagi karang untuk tumbuh dan berkembang, seperti telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa faktor pembatas yang menyebabkan penyebaran karang tidak merata di seluruh Indonesia. Secara alamiah, sebaran karang tertinggi dijumpai di bagian tengah Indonesia dan timur Indonesia, seperti di perairan sekitar Sulawesi, Maluku, bagian barat Papua dan Nusatenggara. Sebaliknya, di perairan Jawa, terutama bagian selatan dan Sumatera bagian timur memiliki persentase tutupan karang yang rendah dan keanekaragaman jenis yang juga rendah. Lokasi perairan yang langsung menghadap Samudera Hindia dan selalu mendapatkan hempasan gelombang yang sangat kuat turut berperan terhadap kurang berkembangnya karang di kawasan ini. Selain itu, di perairan Kalimantan, terutama pada perairan tempat bermuaranya sungai-sungai besar seperti di perairan bagian barat dan selatan Pulau Kalimantan, hampir tidak dijumpai pertumbuhan karang. Pertumbuhan karang dijumpai pada pulau-pulau yang letaknya relatif jauh dari Pulau Kalimantan seperti Pulau Sangalaki dan Pulau Derawan.


C. Jenis Karang Endemis
   Kejadian geologi masa lalu dan kondisi lingkungan perairan saat ini telah menciptakan penghalang geologis yang memberikan variasi terhadap pola spesiasi dan endemisasi biota karang. Perairan barat dan timur Indonesia yang dipisahkan oleh garis Wallace secara geologis memiliki asal usul lempeng benua yang berbeda, sehingga sangat memungkinkan terjadi proses spesiasi dan endemisasi yang tinggi terhadap biota karang. Beberapa jenis karang endemis telah
ditemukan dan diidentifikasi di beberapa perairan Indonesia, yaitu Acropora suharsonoi, Indophyllia macassarensi, Isopora togianensis dan Euphyllia baliensis.


D. Status terumbu karang Indonesia
   Terumbu karang sangatlah dinamis dimana perubahannya dari waktu ke waktu sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan aktivitas manusia. Kedua faktor tersebut berbeda baik secara waktu maupun tempat. Adanya fenomena-fenomena alam seperti aktivitas vulkanis, tsunami, dan peningkatan suhu air laut secara global juga sangatberpengaruh secara langsung kepada kondisi terumbu karang secara umum. Kondisi terumbu karang terkini merupakan hasil dari proses-proses dinamika terumbu karang baik itu berupa penurunan maupun kenaikan persentase tutupan karang hidup.

   Berdasarkan data yang terkumpul di masing-masing stasiun penelitian, kondisi terumbu karangnya dikelompokkan kedalam 4 kategori berdasarkan tutupan karang hidupnya, seperti yang telah diuraikan pada Gambar 1 sebelumnya. Selanjutnya, masing-masing stasiun yang terdiri dari beberapa lokasi tersebut, untuk praktisnya, dikelompokkan ke dalam 3 wilayah yaitu (1) bagian barat Indonesia, (ii) bagian tengah Indonesia, dan (iii) bagian Timur Indonesia.

   Secara umum, hasil yang diperoleh dari 1064 stasiun di 108 lokasi yang menyebar di seluruh perairan Indonesia (Lampiran 4), kondisi terumbu karang yang dalam kondisi sangat baik sebesar 6,39%, kondisi baik sebesar 23,40%, kondisi cukup sebesar 35,06% dan kondisi jelek sebesar 35.15% (Tabel 2). Adanya perbedaan kondisi terumbu karang yang diperoleh erat kaitannya dengan kondisi lingkungan masing-masing wilayah. Wilayah Indonesia bagian barat dipengaruhi langsung oleh Samudra Hindia dan fenomena-fenomena alam, baik tsunami ataupun gempa. Di Indonesia Tengah dan Timur merupakan jalur Arlindo dimana arus yang berasal dari Pasifik yang membawa banyak larva dan kaya akan nutrient. Hal ini akan membuat daerah-daerah yang dilalui mempunyai keanekaragaman yang tinggi dan tentunya kondisi habitat yang baik. Meskipun demikian, gangguan manusia terhadap terumbu karang sangat menentukan kondisi terumbu karang itu sendiri. Sebaik apapun kondisi terumbu karang di suatu lokasi, bila terus menerus mendapatkan gangguan/tekanan tentunya akan dapat merusak ekosistem terumbu karang.

Spesies karang endemis di perairan Indonesia

bottom of page